Kitab Suci Agama Kristen dan Islam mencatat pembinasaan kota-kota Sodom dan Gomora oleh hukuman Tuhan. “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora…dan ditunggangbalikkanNyalah kota-kota itu…asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan.” (Kitab Kejadian 19 : 24-28). “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah… dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Surat Huud : 82).
Penelitian-penelitian arkeologi dan geologi yang telah dilakukan sejak tahun 1920-an di wilayah Laut Mati menemukan bahwa bekas-bekas kota Sodom dan Gomora paling mungkin terletak di tepi tenggara Laut Mati, yaitu dua kota yang di dalam arkeologi dikenal sebagai Bab edh-Dhra (Sodom) dan Numeira (Gomora). Di kedua kota itu ditemukan banyak artefak dan rangka manusia yang menunjukkan bekas kejadian bencana pada sekitar tahun 2000 SM.
Bagaimana skenario pembinasaan Sodom dan Gomora adalah bagaimana TUHAN menggunakan geologi untuk menjalankan kehendakNYA. Dengan kuasaNYA, DIA dengan mudah mengirimkan api, belerang dan batu dari langit membakar dan menghujani kedua kota itu. Tetapi DIA tak melakukan itu, DIA menggunakan geologi di wilayah itu yang sudah jutaan tahun sebelumnya diciptakanNYA. Bagaimana, beginilah kiranya skenario tersebut. Sodom dan Gomora hancur oleh api dari Bumi, bukan api dari Langit.
Laut Mati menempati bagian utara jalur Lembah Retakan Besar (Great Rift Valley) yang memanjang dari Mozambik (Afrika Tenggara) sampai Siria (Asia Baratdaya) sepanjang 4830 km menghubungkan lembah-lembah retakan: East African Rift Valley-Laut Merah-Teluk Aqaba-Laut Mati-Sungai Yordan-Danau Galilea. Di bagian inilah saat ini kerak-kerak Bumi sedang merekah dan bergeser. Retakan Laut Mati merupakan transform boundary (batas pergeseran) yang aktif bergerak antara Lempeng Arabia dan Sub-Lempeng Sinai. Laut Mati merupakan pull-apart basin (cekungan danau yang terbentuk karena kerak Bumi terkoyak oleh tarikan). Tarikan apa, tarikan transtensional, yaitu tarikan oleh dua sesar/patahan mendatar mengiri (sinistral-transtensional duplex) Sesar Yudea dan Sesar Moab.
Sodom dan Gomora terletak tepat di atas Sesar Moab. Laut Mati adalah cekungan berciri elisional, yaitu cekungan dengan sedimentasi sangat cepat, labil, kegempaan tinggi, fenomena diapir-sedimen mencuat dinamik dari bawah ke atas, gunung garam dan gunung lumpur, serta akumulasi hidrokarbon (aspal dan bitumen) dengan kadar belerang tinggi.
Pembinasaan Sodom dan Gomora diinterpretasikan terjadi melalui urutan bencana geologi dengan urutan sbb.: (1) pergerakan Sesar Moab, (2) gempa dengan magnitude 7,0+ yang menghancurkan kota-kota dan sekitarnya serta likuifaksi/tanah yang tiba2 mencair yang menenggelamkan sebagian wilayah kota-kota, (3) erupsi gunung garam dan gunung lumpur yang meletuskan batu2an garam halit, anhidrit, batu-batuan, lumpur, aspal, bitumen, dan belerang, (4) kebakaran kota-kota dan sekitarnya karena material hidrokarbon yang diletuskan terbakar sehingga menjadi hujan api dan belerang. Bencana katastrofik ini telah meratakan Sodom dan Gomora dan menewaskan seluruh penduduknya kecuali Lot/Luth dan dua putrinya.
Api dari langit yang menghujani Sodom dan Gomora bukan fenomena astroblem (seperti meteor), melainkan fenomena katastrofi (malapetaka) geologi berupa aspal dan bitumen yang terbakar serta belerang yang berasal dari letusan gunung garam dan gunung lumpur. Bencana Sodom dan Gomora ini menunjukkan bahwa bencana gempa bisa menjadi cara TUHAN membinasakan dua kota.
Tulisan di atas berasal dari pemikiran saya sejak masih menjadi mahasiswa geologi sekitar 25 tahun yl, yang akhirnya saya tuliskan dalam makalah lengkap untuk suatu pertemuan ahli geologi beberapa tahun yang lalu dengan judul “KIAMAT” 2000 SM DI SODOM DAN GOMORA: KETIKA TUHAN MENGGERAKKAN RETAKAN GEOLOGI LAUT MATI, dan saya tulis populer untuk GeoMagz tahun lalu. Memahami apakah gempa itu kehendak TUHAN, atau bukan, tidak mudah dan kita juga mungkin selamanya tak akan dapat memahaminya. Saya pernah membahas khusus masalah ini bersama para pendeta dan ahli teologi dalam suatu sesi Teologi Kebencanaan.
Katastrofi geologi adalah suatu kenyataan, proses2 geologi bisa berjalan dengan sangat lambat, jutaan tahun, tetapi bisa sangat cepat, dalam kejapan mata manusia.