038. Back to Basic 2 – Coupled Vs. Uncoupled Convergent Plate Margins

Oleh: Awang H. Satyana

Saat dulu (1980-an) mendapatkan mata kuliah tektonik lempeng, seingat saya tak ada kategori “coupled convergent margin” dan “uncoupled convergent margin”, entah sekarang. Saya belajar tentang kategori ini dari buku “Earth Structure” (van der Pluijm dan Marshak, 2004) dan kelihatannya penting buat Indonesia sebagai wilayah konvergensi antarlempeng. Mungkin tidak semua dari kita mengetahuinya, saya ringkaskan penjelasannya.

“Coupled convergent margin” adalah ketika lempeng samudera yang menunjam (tersubduksi) mendorong dengan kuat lempeng di atasnya, sehingga keseluruhan batas lempeng berada dalam mode kompresi. Dalam kondisi ini, shear stress akan berkembang baik di wilayah kontak, menyebabkan offscraping (pengerukan sedimen samudera di bagian dasar prisma akresi saat subduksi terjadi) dan underplating (pengerukan basalt samudera di bawah prisma akresi saat subduksi terjadi) berjalan efektif. Akibat proses ini, akan terbentuk prisma akresi yang lebar. Shear stress coupled convergent margin ini juga akan menyebabkan gempa bermagnitude besar dan cekungan belakang busur (backarc basin) yang memendek (kontraksi). Karena mode kompresi yang terjadi, maka retakan-retakan di lempeng atas/benua (overriding plate) akan tertutup, magma akan naik perlahan, sehingga punya waktu cukup untuk terfraksionasi dan meleburkan sebagian kerak benua. Lalu magma mengintrusi kerak di kedalaman yang dangkal atau tererupsi sebagai gunungapi di permukaan. Peleburan sebagian kerak kontinen menyebabkan magma yang dihasilkan bersifat intermediate- asam. Sifat volkanisme akan eksplosif, ledakan.

“Uncoupled convergent margin” adalah ketika lempeng samudera yang menunjam (tersubduksi) tidak mendorong dengan kuat lempeng di atasnya, sehingga keseluruhan batas lempeng tidak terkompresi dengan kuat. Dalam kondisi ini, shear stress tidak cukup berkembang di wilayah kontak, gempa karena sesar naik akan punya magnitude kecil, dan offscraping serta underplating terjadi relatif kecil, sehingga prisma akresi sempit, cekungan belakang busur (backarc basin) memanjang (ekstensi). Retakan-retakan di lempeng atas (yang tidak menunjam, overriding plate) tetap terbuka, magma dari mantel akan langsung naik ke permukaan tanpa mengalami proses fraksionasi atau kontaminasi dengan kerak secara signifikan. Maka, magma basa asal mantel akan lebih dominan terjadi di uncoupled convergent margin. Sifat volkanisme akan efusif, leleran.

Kedua kategori ini terjadi di Indonesia. Silakan dicari di mana berdasarkan karakterisasi2 di atas. Lebar prisma akresi bisa diketahui dari data seismik perminyakan atau geomarin, data sifat magma dan aktivitas gunungapi bisa diketahui dari publikasi2. Kedua kategorisasi ini penting untuk mengetahui/memprediksi secara umum magnitude gempa, aktivitas volkanisme, dan mineralisasi yang berhubungan dengan komposisi magma secara spesifik.

Tinggalkan komentar