219. Petroleum Geochemistry

Oleh: Awang H. Satyana

PetroleumGeochemistry-4

Ini tahun ke-10 saya mengajar kursus lima hari petroleum geochemistry untuk para profesional di industri perminyakan. Minggu ini, saya sedang mengajarkannya di Yogyakarta kepada 15 orang dari berbagai perusahaan minyak, SKK Migas, juga mengundang peserta dari perguruan tinggi.

Saya berkenalan dengan petroleum geochemistry 17 tahun yang lalu, tahun 1997. Cekungan Salawati, Papua adalah sekolah saya untuk petroleum geochemistry.

Di Cekungan Salawati ada sekitar 150 sumur eksplorasi dengan laporan-laporan lengkap analisis geokimia dari tahun 1970-an. Saya tak punya pendidikan khusus dalam geokimia, tetapi punya semangat tinggi untuk memelajarinya. Sebagai orang yang menyukai belajar sendiri saya mendidik diri dengan geokimia melalui “learning by doing”. Maka dua tahun saya habiskan untuk memelajari satu demi satu laporan tersebut secara sambilan sebab pekerjaan ini bukan instruksi supervisor saya. Saya juga memelajari kembali buku-buku ilmu kimia SMA untuk memahami dasar-dasar kimia organik.

“Learning by doing” tidak belajar untuk belajar, tetapi belajar untuk kepentingan pekerjaan. Sebuah peta besar menampung data-data terpenting dari sekitar 150 sumur eksplorasi yang saya pelajari. Setelah lama dipikirkan ternyata di Cekungan Salawati penyebaran lapangan minyak, gas, karakternya, mengikuti pola-pola tertentu. Pola yang teratur, sehingga mempunyai peluang prediksi, peluang penemuan eksplorasi. Pekerjaan ini kemudian saya laporkan kepada supervisor saya setelah dua tahun dikerjakan.

Pekerjaan ini pun berkembang menjadi studi-studi yang lain tentang pemodelan migrasi, sedimentologi karbonat, struktur dan tektonik, dan evolusi cekungan. Begitu terhisabnya saya kepada studi-studi ini sampai memikirkan diri bahwa saya adalah sebuah butir minyak, di mana saya digenerasikan, ke mana saya akan pergi bermigrasi.

Pendek cerita, studi-studi ini kemudian menjadi dasar untuk banyak penemuan dan evaluasi hidrokarbon di Cekungan Salawati pada masa-masa berikutnya. Cekungan Salawati adalah sekolah saya terbaik dalam eksplorasi hidrokarbon, dan “learning by doing” adalah metode belajar terbaik. Tak ada ijazah atau gelar akademik diberikan, tetapi penemuan lapangan-lapangan minyak dan gas adalah hadiahnya.

————————————————————–
Tahun 2004, IAGI memberikan “tantangan” kepada saya untuk mengajarkan geokimia dalam kursus 2 hari dalam rangkaian PIT (pertemuan ilmiah tahunan). Saya menyanggupinya. Sebagai orang yang mengerjakan geokimia dan belajar sendiri tentang itu dan saya yakin dengan yang saya kerjakan dan pelajari sebab beberapa lapangan minyak/gas telah ditemukan olehnya, saya percaya bisa mengajarkan geokimia kepada orang lain dengan keyakinan penuh. Keyakinan akan suatu ilmu dibutuhkan agar bisa mengajarkannya dengan baik.

Tahun demi tahun berlalu, saya tetap aktif meneliti geokimia di berbagai cekungan dan menuliskan publikasinya dalam paper-paper di IPA, IAGI, AAPG. Ahli-ahli geokimia lulusan sekolah pun mulai mengenal kiprah saya dalam geokimia (Prof. Dr. Eddy Subroto, Dr. Haposan Napitupulu, Dr. Imam Sosrowidjojo, Dr. Ron Noble). Mahasiswa-mahasiswa S1-S3 yang memilih tema geokimia sering berdiskusi dengan saya. Saya juga pernah membimbing mahasiswa master dalam geokimia bersama Pak Eddy Subroto. Pak Haposan pernah mengajak saya menulis buku teks tentang geokimia, Pak Imam adalah teman saya berdiskusi soal analisis-analisis geokimia, dan Pak Ron mengizinkan saya mengajar geokimia dan petroleum system analysis untuk IPA (saat itu Ron Noble adalah ketua divisi profesional IPA). Ron heran bagaimana saya yang bukan lulusan sekolah geokimia, hanya S1, sukses mengajarkan geokimia (Ron selalu mengecek angket penilaian peserta kursus atas kursus-kursus saya, yang mereka nilai secara umum excellent, peminatnya juga selalu lumayan banyak). Heran buat Ron, tidak buat saya, bukan sekolah atau gelarnya yang penting, yang penting adalah seberapa keras dia belajar dan berusaha.

Setiap tahun saya tetap mengajarkan geokimia, terutama dikelola HAGI, kadang-kadang IPA dan IAGI. Kemampuan seseorang menguasai suatu ilmu akan teruji ketika dia bisa mengajarkannya dengan mudah kepada orang lain. Setiap kursus saya juga adalah sekolah saya tempat saya belajar dan mengajar.

Meskipun demikian, di setiap akhir kursus saya selalu berpesan kepada para peserta, “Tak ada kursus lima hari di mana pun dengan guru paling ahli sekali pun, yang bisa membuat Anda menjadi seorang ahli dalam lima hari kursus. Keahlian hanya akan diperoleh melalui tahun demi tahun belajar dan mengaplikasikannya, belajar lagi, mengaplikasikannya lagi, dst.” Learning by doing.

Meskipun banyak mengerjakan geokimia, meneliti dan mempublikasikannya, dan mengajarkannya dalam 17 tahun ini; saya bukanlah seorang geochemist; saya tetap seorang geologist yang berusaha menguasai banyak ilmu spesifik dalam geologi dan yang terkait secara detail. Banyak yang menyebut saya seorang regionalist karena sudah 20 tahun bekerja, meneliti, mempublikasikan dan mengajarkan petroleum geology of Indonesia; tidak tepat juga sebab saya juga meneliti dan mengajarkan ilmu serenik dan sedetail biomarker. Saya juga banyak mengerjakan, mempublikasikan, dan mengajarkan struktur dan tektonik. Nah…jadi saya cukup dikenal sebagai seorang geologist saja yang melakukan banyak pekerjaan regional dan detail, dalam banyak ilmu geologi dan yang berkaitan.

——————————————————————-
Apa yang kita pelajari dengan cinta, ketekunan, konsistensi, dan keberanian; percayalah ia akan berbalik membalas cinta kita datang dalam berbagai wujud.***

PetroleumGeochemistry-1

PetroleumGeochemistry-2

PetroleumGeochemistry-3

PetroleumGeochemistry-5

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s