Oleh: Awang H. Satyana
Seusai mengajar kursus petroleum geochemistry yang diselenggarakan HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) dari 16-20 Juni 2014 di Yogyakarta, hampir seharian tadi, Sabtu 21 Juni, saya menjadi pengajar tamu dalam kuliah umum atau seminar di tiga perguruan tinggi di Yogyakarta: STTNAS, UPN, dan IST Akprind.
Uniknya, permintaan tema kuliah umum dari ketiga kampus tersebut adalah tentang tektonik. Maka bolehlah kalau hari Sabtu 21 Juni itu saya sebut “my tectonic day”.
Pagi hari tadi saya dijemput di hotel oleh mahasiswa STTNAS, selesai di STTNAS saya dijemput mahasiswa UPN, selesai di UPN saya dijemput mahasiswa IST Akprind. Sore hari saya diantar ke bandara Adisucipto oleh mahasiswa IST Akprind. Saya seperti sebuah tongkat dalam lomba estafet. Para mahasiswa geologi dari ketiga perguruan tinggi ini pun punya kesempatan saling berkenalan di antara mereka sendiri, kalau belum kenal, saat menjemput saya.
STTNAS meminta saya berbicara dengan tema: “Tectonics, Structure and Petroleum System”. UPN meminta saya berbicara tentang tektonik, dan saya memilih mendiskusikan pemikiran terbaru saya tentang tektonik Sundaland: “Cretaceous Subduction and Collision of South-East Sundaland: New Consideration and Petroleum Implications”. IST Akprind meminta saya berbicara tentang ide saya terbaru dalam tektonik: “GUTT – Grand Unified Theories of Tectonics”.
—————————————————-
Di Geologi STTNAS saya mendiskusikan materi berjudul “Tectonics, Structures, Petroleum Systems: Cases from Indonesia”. Saya membuka cerita dengan definisi yang benar apa tektonik, struktur dan petroleum system. Karena intinya adalah tentang minyak/gas, saya membicarakan bagaimana tektonik membentuk cekungan sedimen tempat migas bisa terakumulasi. Lalu bagaimana menurut skalanya masing-masing tektonik dan struktur memengaruhi semua elemen dan proses dalam petroleum system: batuan induk, batuan reservoir, batuan penyekat, batuan penimbun, pembentukan perangkap, generasi migas dari batuan induk, migrasi migas ke perangkap, dan pengawetan akumulasi. Lalu saya membahas semua play type regional lapangan-lapangan migas di Indonesia yang dibentuk oleh tektonik dan struktur. Saya mengelompokkannya ke dalam empat kelompok: (1) petroleum from rifted and inverted Sundaland basins, (2) petroleum from areas with gravity tectonics, (3) petroleum from collision of terranes, dan (4) petroleum from Australian passive margins. Pertanyaan-pertanyaan bagus diajukan oleh beberapa mahasiswa, terutama tentang mekanisme gravity tectonics.
Di Geologi UPN, saya mendiskusikan kembali makalah terbaru saya yang dipresentasikan di pertemuan IPA Mei kemarin, dengan judul: “Cretaceous Subduction and Collision of South-East Sundaland: New Consideration and Petroleum Implications”. Di dalam makalh ini saya memutus hubungan subduksi Kapur antara Bayat/Pegunungan Jiwo dan Luk Ulo, memutus subduksi Kapur antara Meratus dan Luk Ulo, menghadirkan mikrokontinen Jawa Tenggara yang ujung baratnya diduduki Bayat, membahas rijang radiolaria Bantimala yang berselingan dengan batupasir asal benua, dan menunjukkan rekonstruksi paleotektonik konvergensi lempeng dan mikrolempeng di wilayah Jawa Selatan-KalimantanTenggara-Sulawesi Barat (South-East Sundaland). Saya lalu menunjukkan bagaimana implikasi pemikiran baru tektonik ini atas potensi hidrokarbon. Saya senang bisa membawakan presentasi ini di Yogyakarta, khususnya di UPN, karena satu keping tektonik dalam makalah ini, yaitu Bayat, memegang peranan sangat penting dalam pemikiran baru tektonik yang saya kemukakan. Bayat menjadi kampus lapangan UPN, UGM, STTNAS, IST Akprind; maka cocoklah bila saya mempresentasikan pandangan baru tentang Bayat di depan mereka. Beberapa dosen di UPN sempat juga hadir di kuliah umum ini. Pertanyaan-pertanyaan bagus diajukan oleh para mahasiswa.
Di Geologi IST Akprind saya membawakan presentasi berjudul “ Towards GUTT (Grand Unified Theories of Tectonics.” Kuliah umum di IST Akprind ini sekaligus merupakan rangkaian acara peresmian pembentukan SM (Seksi Mahasiswa) IAGI di kampus ini. Di kampus ini saya bertemu Pak Moh. Syaiful (ETTI) dan Pak Ipranta (Badan Geologi) yang mewakili IAGI meresmikan pembentukan SM IAGI di Akprind ini sekaligus mereka juga menjadi pembicara. Dalam membicarakan GUTT, saya meringkas teori-teori tektonik penting yang pernah lahir di dunia: geosinklin, undasi, hanyutan benua/continental drift, tektonik lempeng, terrane tectonics, dan plume tectonics. Saya tunjukkan juga bagaimana aplikasi teori-teori tersebut pernah dilakukan di Indonesia. Saya mengajukan GUTT karena plate tectonics bukan teori yang komprehensif, ia hanya bermain di litosfer. Undasi bermain lebih luas, dari mantel ke litosfer, dan mementingkan gravity tectonics sebagai penyebab banyak deformasi di permukaan sampai litosfer, bahkan termasuk pemekaran dasar samudera dan hanyutan benua (oleh mega-undasi). Saya juga menunjukkan beberapa area struktur-tektonik di Indonesia yang sulit diterangkan kinematikanya bila menggunakan plate tectonics atau terrane tectonics, tetapi lebih memuaskan bila dijelaskan dengan teori undasi – gravity tectonics. Para mahasiswa ini tidak mengenal dengan baik bagaimana teori geosinklin dan undasi karena tidak diajarkan. Maka sore tadi mereka mengenal berbagai teori tektonik dunia. Pertanyaan-pertanyaan cukup gencar diajukan.
—————————————————-
Begitulah “tectonic day”, kuliah umum tentang tektonik yang saya berikan secara maraton di tiga kampus teresebut. Semoga kuliah-kuliah itu dapat menginspirasi para mahasiswa dan dosen di ketiga kampus tersebut.
Beberapa jam yang lalu saya baru pulang dari Yogya, sudah malam. Tak terasa tadi saya tertidur ketika pesawat tinggal landas meninggalkan Yogyakarta. Kelelahan nampaknya saya, mengajar terus-menerus kursus dan kuliah umum secara maraton seminggu ini dari Senin – Sabtu, dari pagi-sore, nonstop, disambung malam-dini hari di kamar hotel memelajari dan menyiapkan banyak materi. Tidak masalah, no pain no gain!.***