236. Menulis makalah

Oleh: Awang H. Satyana

makalah-1

makalah-2

Publish, or perish!

Itu tumpukan apa? Itu tumpukan makalah/paper yang saya tulis selama 21 tahun dari 1993-2014, ada 90 paper, sebagian besar full paper, dengan jumlah halaman per makalah dari 15-60 halaman. Total 90 paper ini lebih dari 2000 halaman, membahas geologi Indonesia baik yang detail per wilayah mapun regional satu wilayah Indonesia. Sekitar 75 % makalah-makalah ini berbahasa Inggris.

Semua makalah ini dipublikasikan di pertemuan-pertemuan ilmiah di banyak tempat baik di Indonesia maupun luar negeri dari tahun 1993-2014 (pertemuan- pertemuan ilmiah IPA, IAGI, HAGI, AAPG, SEG, EAGE, IATMI, SPE). Saya paling suka menulis makalah-makalah ini untuk pertemuan tahunan IPA (Indonesian Petroleum Association). Ada 25 makalah ilmiah saya untuk pertemuan IPA. Belum ada penulis lain yang mengkontribusi demikian banyak paper untuk IPA selain saya. Mengapa saya suka menulis untuk pertemuan IPA? Karena kontrol teknisnya ketat, dan di sini banyak juga penulis dari luar, sehingga kita tak jadi hanya jago kandang. Saya tak terlalu suka menulis untuk pertemuan AAPG karena hanya abstrak yang dimintanya, bukan full paper, itu tak mendidik kita untuk menulis. AAPG hanya ‘wah’ karena internasional, papernya banyak. Buat saya, pertemuan IPA tetap lebih penting daripada pertemuan AAPG.

Hampir semua file digital dari 90 paper ini baru-baru ini saya berikan ke seorang teman yang mengelola satu blog tentang geologi Indonesia, khususnya tektonik, dan nantinya full paper makalah-makalah saya itu dapat diunduh dari blog ini.

Tema paper saya sangat beragam: tektonik, struktur geologi, geologi regional, geokimia, petroleum system, basin analysis, sedimentologi karbonat, geohistori, bahkan paleoantropologi. Saya menyukai banyak hal, karena itu saya tak pernah menganggap diri seorang spesialis. Saya juga menulis sedetail biomarker sampai seregional tektonik lempeng. Beberapa paper saya dapat penghargaan, dan banyak diacu juga oleh penulis2 luar

Saya serius menulis paper. Karena dengan cara itulah saya belajar. Karena saya ingin bebas menulis paper, maka saya bertahan bekerja di Pertamina kemudian BPMIGAS dan SKK Migas. Pertamina, BPMIGAS, dan SKK Migas memang tak pernah atau jarang mendukung saya menulis paper, tetapi mereka tak pernah meributkan apalagi melarang saya menulis apa pun. Mereka juga membiayai saya untuk mengikuti pertemuan ilmiahnya, sebagai bagian pengembangan karier karyawannya (ini kewajiban perusahaan).

Saya pernah tiga tahun bekerja di oil company asing (Santa Fe) yang bekerja sama dengan Pertamina di Salawati Basin. Dan selama tiga tahun itu paper saya tak muncul karena tak boleh, izinnya dipersulit, katanya harus minta izin ke kantor pusat di Houston segala (Hm..). Apakah saya berhenti menulis? Tidak, saya tetap menulis, tetapi tidak dipublikasikan. Lalu ketika saya kembali ke Pertamina, lalu BPMIGAS dan SKK Migas, semua paper saya tentang Salawati Basin banyak sekali saya tampilkan di berbaai pertemuan ilmiah. Mereka bisa mengekang saya untuk tak ikut pertemuan ilmiah, tetapi mereka tak bisa mengekang saya untuk berpikir dan menulis.

Saya seringkali mengajak junior-junior saya untuk menulis paper agar mereka bisa belajar bagaimana menulis paper. Sayang, hampir semua junior yang pernah saya ajak menulis satu, dua, sampai sepuluh paper pun ternyata setelah saya lepas sendiri mereka tak menulis lagi. Berbagai hambatan dijumpai, apakah tak diizinkan oil company tempatnya bekerja, atau memang kurang minat. Tak masalah, setiap orang berkembang atas kemauan dan usahanya sendiri.

Saya bukan seorang dosen di perguruan tinggi atau peneliti di lembaga penelitian, tetapi saya banyak melakukan penelitian pribadi dan menuliskannya. Jadi, apakah makalah-makalah saya ada nilai “kum”- nya untuk kenaikan pangkat? Tidak ada, padahal saya telah menulis 90 makalah ilmiah. Dan masih ada 250 publikasi saya yang lain di luar makalah (artikel jurnal, bahan/manual kursus, bahan kuliah tamu, buku, dll.). Semuanya tidak ada nilai kum-nya.

Dan saya tak peduli sama-sekali dengan nilai kum itu. Sekitar lima tahun lalu, sebuah perguruan tinggi negeri hendak menganugerahkan gelar doktor honoris causa kepada saya, dan mereka meminta paper-paper saya dan beberapa hal lainnya. Saya sudah penuhi. Katanya mau dinilai kum-nya (?). Lalu saya mendengar ada masalah internal di perguruan tinggi tersebut berhubung dengan rencana pemberian Dr. HC ini. Hm…saya tak pernah menanyakannya lagi, mereka pun tak pernah memberitahu saya lagi masalahnya. Saya bukan orang yang mengejar gelar. Kalau saya inginkan gelar akademik yang panjang, sudah dari 25 tahun yang lalu akan saya kejar. Saya cukup dengan gelar akademik S1 tetapi dengan 340 karya tulis. Daripada gelarnya panjang, tetapi 20 makalah pun tak sanggup dibuat.

Menulis selama 21 tahun bukan waktu yang singkat. Saya hanya ingin menunjukkan kepada adik-adik saya generasi muda geologist Indonesia, bahwa saya bisa melakukannya: meskipun saya bukan dosen/ peneliti dan meskipun saya hanya S1. Saya ingin berkata kepada mereka bahwa saya menghasilkan semua ini hanya dengan empat modal mental: CINTA, KETEKUNAN, KONSISTENSI, & KEBERANIAN.

Tetapi janganlah berharap dapat menghasilkan hampir 100 makalah ilmiah ini dalam 21 tahun kalau usaha kita masih seperti pada umumnya (rata-tata), termasuk jam tidur kita masih delapan jam. Saya hanya tidur 3-5 jam semalam selama lebih dari 20 tahun untuk makalah-makalah ini, dan saya juga tak main golf setiap Sabtu seperti kebanyakan pejabat lainnya demi makalah2 ini.

Banyak sekali pengorbanannya menulis hampir 100 makalah ini. Padahal, apakah saya naik pangkat gara-gara makalah-makalah ini? Tidak. Apakah saya mencari popularitas? Tidak. Saya mencintai Indonesia dan geologi, dan saya buktikan cinta saya itu dengan makalah-makalah ini.***

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s