Awang H. Satyana 1),2); Ridwan Hutagalung 2); Ummy Latifah 2)
1) SKK Migas, 2) Geotrek Indonesia
ABSTRAK
Danau Toba adalah sebuah kaldera gunungapi yang kejadiannya berhubungan dengan gejala tektonik dan volkanik (van Bemmelen, 1949). Diketahui kemudian bahwa Danau Toba adalah kaldera yang terangkat kembali (resurgent cauldron) terbesar di dunia. Setelah sebuah letusan sangat besar (megakolosal) Gunungapi Toba terjadi 74.000 tahun yang lalu, blok-blok yang runtuh setelah letusan terangkat kembali dan menjadi Pulau Samosir serta Blok Uluan/Prapat.
Berdasarkan penyebaran piroklastika Toba di daratan dan lautan, ketebalan, ciri-ciri, dan umur absolutnya, ditafsirkan bahwa Toba meletus secara megakolosal, mencapai indeks ledakan volkanik (VEI-volcanic explosivity index) di atas nilai maksimum 8,0, melemparkan minimum 2800 km3 bahan ledakan/ejekta ke ketinggian minimum 40 km, menutupi kawasan seluas sekitar 4 juta km2, lalu meruntuhkan bagian atas badan gunungapinya menjadi kaldera seluas 100 x 30 km. Erupsi Toba merupakan letusan gunungapi terbesar di dunia paling tidak di dalam 28 juta tahun terakhir.
Super-erupsi Toba dihitung telah menghasilkan 3 milyar ton abu halus dan 540 milyar ton air terlontar tinggi sampai stratosfer, mengubah gas belerang SO2 menjadi 1-10 milyar ton aerosol H2SO4. Aerosol ini secara signifikan mengurangi transmisi sinar Matahari sampai permukaan Bumi, sehingga tersisa tinggal 0,001-10 % cahaya Matahari. Akibatnya, terjadilah musim dingin volkanik yang masif, mempercepat glasiasi yang sedang berjalan, menyebabkan 6-10 tahun zaman es diikuti oleh 1000 tahun periode dingin. Sangat berkurangnya cahaya Matahari telah meniadakan fotosintesis, sehingga memutus rantai makanan. Katastrofi geologi yang memicu katastrofi iklim ini telah mereduksi evolusi dan migrasi manusia (genetic bottlenecking), membunuh 90 % manusia saat itu, sehingga menyebabkan kepunahan massa.
* Proceedings HAGI-IAGI Joint Convention Medan 2013 28 – 31 October