251. Mentalitas Berkarya  

Oleh: Awang Harun Satyana

 

Beberapa teman junior mengirimkan pesan kepada saya, “Pak, saya mau mencoba berbuat seperti yang Bapak lakukan (maksudnya banyak berkarya), bagaimana caranya?”

Saya menjawab mereka, “Punyai mentalitas berkarya. Ada empat syarat mental untuk bisa berbuat seperti itu: (1) cintai geologi, (2) tekun memelajarinya, (3) konsisten dan (4) berani berkarya untuknya. Lihat, saya tak memasukkan pintar sebagai syarat kan, sebab pintar akan datang dengan sendirinya bila keempat hal itu dipenuhi.”

Itulah jawaban saya.

Banyak junior saya yang jauh lebih cemerlang daripada saya ketika saya seumur mereka. Mereka menulis makalah satu atau dua, mempresentasikannya dengan baik di pertemuan ilmiah, dengan bahasa Inggris yang baik, tanpa teks, sebagian dari mereka sempat bersekolah 1-2 tahun di LN mungkin oleh beasiswa atau tugas kantor, dan beberapa dari mereka langsung mendapatkan penghargaan sebagai pemakalah terbaik.

Makalah pertama saya yang mendapatkan penghargaan sebagai makalah terbaik di pertemuan ilmiah adalah makalah saya yang ke-17, yang saya tulis setelah 9 tahun mengikuti pertemuan ilmiah – bukan makalah-makalah pertama di satu atau dua kali mengikuti pertemuan ilmiah. Presentasi pertama saya dalam bahasa Inggris saya siapkan sebulan sebelumnya sebab bahasa Inggris saya tak secanggih mereka saat saya seumur mereka. Saya menghafalkan semua kalimat yang harus saya ucapkan, saya pelajari pronunciation satu per satu kata, saya pelajari juga di mana tekanan atas kata harus dilakukan. Di saku kemeja saya selama sebulan itu saya bawa catatan pronunciation kata-kata, dan ciri intonasinya.

Makalah pertama mereka biasanya merupakan tugas akhir saat bersekolah di LN, atau tugas-tugas kuliah. Makalah-makalah pertama saya justru lahir di hutan-hutan Bunyu, Sangatta, dan Tanjung Raya, Kalimantan, saat kesepian di tengah hutan di dalam portacamp sebagai seorang junior wellsite geologist, berhari-hari tidak bisa bekerja sebagai wellsite geologist karena operasi sumur sedang problem akibat pipa bor terjepit.

IPK junior-junior saya sekarang rata-rata di atas 3,0 sedangkan saya dulu di bawah 3,0 – kalau saya sekarang seumur mereka dan melamar pekerjaan ke oil-oil company tentu saya sering menggigit jari bersedih tidak bisa memasukkan lamaran pekerjaan karena banyak oil company menaruh syarat minimal IPK 3,0. Untunglah dulu Pertamina menaruh IPK minimal 2,5 sehingga saya bisa ikut tes, itu pun gagal, baru lulus di tes berikutnya.

Kelebihan yang lain adalah bahwa para junior saya sekarang sudah jauh lebih baik jaringan komunikasinya. Mereka bisa mengakses banyak makalah atau informasi via google, mereka bisa minta makalah kepada para profesional yang dikenalnya, mereka bisa berdiskusi dengan para profesional yang dikenalnya, mereka juga punya kelompok mahasiswa yang terorganisasi baik, mereka juga punya student chapters sebagai underbow organisasi profesional nasional maupun internasional. Bahkan mereka bisa mengundang ahli-ahli berkaliber internasional untuk memberikan kuliah tamu di kampusnya. Luar biasa.

Saya saat seumur mereka kalau mau mencari makalah, saya mesti ke perpustakaan Puslitbang Geologi atau LIPI, atau perpustakaan lainnya, lalu memotokopinya kalau diizinkan dibawa keluar (kemungkinan ini sangat kecil), kalau tidak terpaksa difotokopi di tempat dengan biaya bisa 2-3x lipat daripada di tempat umum. Berdiskusi dengan para profesional? Hampir tidak ada keberanian untuk itu, dan tak ada sarananya pula. Organisasi? Hanya himpunan mahasiswa internal yang aktivitasnya terbatas. Student chapter? Tidak ada. Mengundang ahli berkaliber internasional datang ke kampus? Ah, memimpikannya pun tak berani.

————————————————–

Pendek kata, para junior saya sekarang jauh lebih baik dari masa saya seumur mereka, baik secara internal di diri mereka, maupun secara eksternal. Masa mereka sekarang karena hidup di zaman serbamaju dan serbamudah, kemudahan untuk melakukan ini dan itu adalah faktor-faktor yang positif bila mereka mau berkembang.

TETAPI, saya harus berkata kepada mereka, maaf, saya tidak menemukan korelasi positif atas semua kemudahan ini dengan kepintaran nyata mereka. Tidak jarang ada yang IPK-nya 3,5 bahkan 3,8 nyaris sempurna tetapi dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya tidak menunjukkan bahwa mereka punya IPK sebesar itu. Ada yang makalah pertama mereka langsung dapat penghargaan, lalu setelah itu berhenti menulis makalah, tak pernah ada lagi makalahnya setelah saya amati lima tahun atau lebih. Mereka terbuka luas terhadap akses informasi, tetapi ketika saya periksa makalahnya, miskin analisis dan sintesis padahal referensinya banyak. Logika dan nalar geologi juga, maaf, tak sehebat IPK-nya.

Maka saya harus berkata kepada mereka, para junior saya, yang terpenting untuk eksis berkarya terus seperti yang sudah lebih dari 20 tahun ini saya lakukan hanyalah diperlukan MENTALITAS BERKARYA, tak akan berarti segala IPK yang tinggi, kecerdasan yang menakjubkan, kemudahan akses informasi, jaringan yang luas selama kalian tidak mempunya mentalitas berkarya, yaitu: kecintaan atas geologi, ketekunan memelajarinya, konsistensi dan keberanian berkarya untuknya.

Saya menghasilkan semua karya saya berdasarkan mentalitas itu, tanpa IPK yang tinggi, tanpa kecerdasan yang menakjubkan, tanpa kemudahan akses informasi, tanpa punya jaringan yang luas. Dan tanpa sekolah yang tinggi pula, hanya seminimal S1.

Maka bila ingin eksis berkarya:

PENTINGKAN MENTALITAS, SEKALIPUN SUKAR BILA MENTAL KUAT, KESUKARAN AKAN DILAWANNYA!

Dan saya juga mau berkata, “Manfaatkanlah secara optimal semua keunggulan dan kemudahan yang kalian punya dibandingkan masa saya dulu seumur kalian; lalu lengkapi dengan empat mentalitas: cinta geologi, tekun memelajarinya, konsisten dan berani berkarya untuknya. Kalau keunggulan dan kemudahan yang kalian punya digabung dengan empat mental itu, niscaya kalian mestinya bisa lebih baik dari saya saat seumur saya nanti.”

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s